Lima puluh tahun PT Vale berkontribusi bagi Indonesia dan dunia
Beni Wahju (paling kanan) berada di aliran Sungai Larona bersama tim eksplorasi tahun 1966. Perjalanan ekspedisi bijih laterit yang dilakukan Beni Wahju, Hitler Singawinata dan tim eksplorasi inilah yang disebut-sebut sebagai cikal bakal PT Vale (sebelumnya bernama Inco). Ekspedisi ini sekaligus untuk memastikan Indonesia memiliki 15% cadangan nikel dunia.
PT Vale mempunyai sejarah yang membanggakan di Indonesia. Diawali dengan ekplorasi di wilayah Sulawesi bagian timur pada tahun 1920-an. Kegiatan eksplorasi, kajian dan pengembangan tersebut terus dilanjutkan pada periode kemerdekaan dan selama masa kepemimpinan Presiden Soekarno.
PT Vale (yang saat itu bernama PT International Nickel Indonesia) didirikan pada bulan Juli 1968. Kemudian di tahun tersebut PT Vale dan Pemerintah Indonesia menandatangani Kontrak Karya (KK) yang merupakan lisensi dari Pemerintah Indonesia untuk melakukan eksplorasi, penambangan dan pengolahan bijih nikel.
Sejak saat itu PT Vale memulai pembangunan smelter Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Melalui Perjanjian Perubahan dan Perpanjangan yang ditandatangani pada bulan Januari 1996, KK tersebut telah diubah dan diperpanjang masa berlakunya hingga 28 Desember 2025.
Pada bulan Oktober 2014, PT Vale dan Pemerintah Indonesia mencapai kesepakatan setelah renegosiasi KK dan berubahnya beberapa ketentuan di dalamnya termasuk pelepasan areal KK menjadi seluas hampir 118.435 hektar.
Ini berarti luasan areal KK telah berkurang hingga hanya 1,8% dari luasan awal yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia pada saat penandatanganan KK tahun 1968 seluas 6,6 juta hektar di bagian timur dan tenggara Sulawesi akibat serangkaian pelepasan areal KK
Milestone
Gulir ke bawah untuk melihat lebih banyak
1968
Pendirian PT Inco dan penandatanganan KK antara PT Inco dan Pemerintah Indonesia untuk konsesi berjangka tiga puluh tahun sejak dimulainya produksi komersial.
1970
Sampel pertama dari bijih Sulawesi sebanyak 50 ton dikirim ke fasilitas penelitian Inco di Port Colborne, Ontario, Kanada. Percobaan di fasilitas peleburan reduksi baru menunjukkan bahwa bahan dari Sorowako bisa diolah.
1973
Pembangunan fasilitas pengolahan pyrometalurgi satu lini di Sorowako.
1977
Peresmian fasilitas penambangan dan pabrik pengolahan nikel oleh Presiden Soeharto.
Pembangunan PLTA Larona
1978
PT Inco memulai produksi komersial.
1979
PLTA Larona beroperasi (165 MW)
1990
Divestasi perdana perusahaan, sebanyak 20% saham dilepas untuk publik dan dicatatkan di bursa saham Indonesia.
1995

Pembangunan PLTA kedua perusahaan, Balambano
1996
Penandatanganan perubahan dan perpanjangan Kontrak Karya untuk periode 30 tahun, yaitu hingga 2025.
1999

PLTA Balambano beroperasi (110 MW)
2005

Instalasi perangkat Bag House System pada Tanur Listrik 3 untuk mengurangi emisi debu dari tanur listrik diselesaikan dengan sukses.
2006

Fasilitas Pembibitan Tanaman (nursery) di Sorowako mulai beroperasi. Nursery mampu memproduksi 700.000 bibit per tahun (termasuk tanaman endemik dan tanaman asli) untuk mendukung program relabilitasi lahan pasca-tambang.
2007
PLTA ketiga perusahaan, Karebbe mulai dibangun.
Fasilitas ESP (electrostatic precipitator) dioperasikan untuk mengendalikan emisi partikulat di pabrik pengolahan.
2011

PLTA Karebbe (90 MW) resmi beroperasi, menambah total kapasitas pembangkit listrik tenaga air menjadi rata-rata 365 MW.
RUPS tanggal 27 September 2011 menyetujui perubahan nama Perseroan dari PT International Nickel Indonesia Tbk menjadi PT Vale Indonesia Tbk.
2012
Nama PT Vale resmi digunakan secara menyeluruh dan dideklarasikan kepada karyawan.
2013

PT Vale telah memasuki tahap pertama Proyek Konversi Batu bara, yaitu mengganti HSFO dengan batu bara serbuk untuk dimasukkan ke dalam tanur pengering. Selain karena batu bara lebih hemat, batu bara juga merupakan sumber daya lokal, sehingga penggunaannya dapat lebih meningkatkan kontribusi PT Vale bagi perekonomian Indonesia.
Operasi perdana Pakalangkai Waste Water, salah dari Proyek Strategis Effluen Perusahaan, yakni berupa fasilitas pengolahan air limbah tambang di Blok Sorowako.
2014
Pada 17 Oktober 2014, amandemen Kontrak Karya dilakukan sebagai hasil renegosiasi antara Perusahaan dan Pemerintah Indonesia. Perseroan dan Pemerintah Indonesia menandatangani amendemen KK sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
The Integrated Community Development Program (PTPM) was launched. The PTPM was prepared for a five-year period, from 2013-2017. The PTPM planning and implementation was aligned with the East Luwu Regency Government development plan, to become long-term in nature with a five-year road map.
2015

PT Vale kembali mencatat rekor produksi tahunan tertinggi sebesar 81.177 metrik ton nikel dalam matte.
PT Vale memperkenalkan Program Pertanian Sehat Ramah Lingkungan Berkelanjutan (PSRLB) dengan aktivitas budidaya System of Rice Intensification (SRI) Organik, budidaya tanaman herbal dan pelatihan penyehat tradisional.

Pengoperasian kolam pengendapan berteknologi Lamella Gravity Settler (LGS), untuk mengolah limbah cair/effluent (TSS dan Cr).
2016
PT Vale Membuka Vale Whistleblower Channel (VWC), saluran untuk melaporkan pelanggaran Kode Etik dan Perilaku yang dikelola secara mandiri.
2017
Perusahaan mengaktifkan Continuous Improvement Project untuk mewujudkan target produksi 90.000 metrik ton per tahun.
Menyusun dan menerbitkan dokumen Panduan Pengelolaan Biodiversitas Berkelanjutan (2017). Kolaborasi dengan Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD).
2018

Meraih rekor 17,4 juta jam kerja bebas dari kecelakaan/zero lost time injury periode 5 April 2017 – 5 April 2018.